Home » , » Pilihan PKS Putaran 2 Bukan "SARA/Dogmatis" | Kultwit @AryaSandhiyudha

Pilihan PKS Putaran 2 Bukan "SARA/Dogmatis" | Kultwit @AryaSandhiyudha

Written By Unknown on Sunday, July 15, 2012 | 2:11 AM




Arya Sandhiyudha AS
@AryaSandhiyudha
Ketua DPC PKS Menteng-JKT | Tenaga Ahli Ketua Komisi I DPR-RI



  1. #FokeNara‬ atau ‪#JokowiAhok‬ ? Tentu ‪#pilihan‬ yang mudah. Jika kita menyederhanakannya dengan status quo vs perubahan.

  2. Akan tetapi, melihat "kemasan" memang lebih mudah daripada melihat "isi". ‪#pilihan‬ tak bisa disimplifikasi jargon.

  3. Bagi saya dan kita yang memilih & juang untuk @HidayatDidik di putaran 1, pasti sangat mengagungkan "isi". ‪

  4. Pemilih dan penyokong @HidayatDidik sudah pasti sangat mengagungkan nilai "Merakyat dan Terpercaya".

  5. "Merakyat dan Terpercaya" telah menjadi ‪#pilihan‬ standar bagi para kader dalam menekuni peran sosial-organisasi.

  6. Maka diantara 4 orang ini #FokeNara‬ dan ‪#JokowiAhok‬ manakah yang "Merakyat dan Terpercaya? ‪#pilihan‬ mudah/ sulit?

  7. #FokeNara‬ atau ‪#JokowiAhok‬ bukanlah sekedar ‪#pilihan‬ 2 pasang cagub-cawagub tapi 4 orang calon: Foke,Nara,Kowi,Ahok.

  8. Sebab, jangan sampai kita hanya menimbang Foke dan Jokowi tapi lupa bahwa Nara dan Ahok juga otomatis jadi ‪#pilihan.

  9. riteria "Merakyat & Terpercaya" harus ditelusur melalui kiprah keempat figur tsb: Foke, Nara, Kowi, Ahok.

  10. Bagi pengagum/pembenci Foke, harus menimbang ulang apakah Nara sebaik/seburuk Cagub-nya?

  11. Pengalaman periode pertama Foke menjabat, wakil-nya mundur sebelum masa jabatan habis atas ragam alasan.

  12. Kalaupun Foke memiliki kekurangan, apakah Nara mampu mengimbanginya? Ini juga patut ditimbang .

  13. Begitupun bagi pengagum/pembenci Jokowi, apakah Ahok cukup perform dan siap menggantikannya? ‪

  14. Jika Jokowi kini "lompat" ke DKI1, maka Farnciscus Xaverius Rudyatmo wakilnya bersiap jadi walikota Solo. ‪

  15. Maka, apakah Ahok siap mengelola DKI jika nanti Jokowi "lompat" (lagi) jadi cawapres-nya Prabowo (misal)?

  16. Bagi saya pesan inti terhadap semua calon pemilih: lihat keempat calon ini sebelum menentukan ‪#pilihan‬.

  17. Sebab para wagub nantinya akan menggantikan Gub. Baik permanen atau Setidaknya dalam jalani peran2nya.

  18. #pilihan‬ dilematis untuk warga. Tapi masih ada waktu menimbang bersama keluarga. Terlebih Ramadhan = bulan keluarga

  19. Tentunya isu SARA tidak relevan menjadi pertimbangan dalam ‪#pilihan‬. Pelayanan warga Jakarta konsideran utama.

  20. Tokoh-tokoh PKS yang memegang posisi kunci dikenal sangat bijak menyikapi pluralitas warga Jakarta.

  21. Saat Jokowi dan Franciscus Xaverius Rudyatmo maju Pilkada Solo juga pak HNW turut mendukung dan kampanye.

  22. Menurut saya yang harus dipertanyakan bukan lagi ekslusivitas PKS, tapi justru tim para cagub-cawagub.

  23. Sebab, dahulu PKS awalnya bersedia 'tandem' dengan Foke. Namun tiba2 Bang Sani (calon PKS) ditinggal.

  24. Bersedianya PKS waktu itu bukti PKS kedepankan harmoni dan "alih-generasi" yang mulus tidak revolusioner.

  25. Namun, "kawin-paksa" ‪#FokeNara‬ tentu bukan salah Nara. Tapi ini bukti ada pihak-3 yang m'ekslusifkan diri. ‪

  26. Kemudian ketika opsi Jokowi berpasangan dengan HNW juga yang menolak dari partai pendukung Jokowi.

  27. Disini terbukti yang mengekslusifkan diri bukan PKS. Juga bukan salah ‪#JokowiAhok‬ yang di "kawin-paksa".

  28. Itulah sebab-nya ketika pak Jokowi berjabat komando dengan HNW. Belum tentu partai-pendukungnya meridhoi. ‪

  29. Episode "kawin-paksa" ‪#FokeNara‬ / ‪#JokowiAhok‬ ini yang mengharuskan kita menimbang 4 figur. Tidak hanya 2 ‪#pilihan.

  30. Ekslusivitas pimpinan partai2/kelompok penyokong ‪#FokeNara‬ dan ‪#JokowiAhok‬ yang beku mengancam pluralitas cair.

  31. Calon yang kedepankan inklusivitas, harmoni, dan kerjasama tanpa ada sentimen kelompok. Akan jadi ‪#pilihan‬ PKS.

  32. Sekali lagi, terlepas dari ‪#pilihan‬ partai2 warga harus menimbang. Sekali lagi terkait 4 figur, bukan hanya 2.

  33. Hal yang luput dari kupasan banyak pengamat & admin anonim kemarin yaitu analisa para cawagub DKI. ‪

  34. Selain itu analisa pihak dan kelompok yang bergerak untuk 2014 dibalik ‪#FokeNara‬ dan ‪#JokowiAhok‬ juga perlu.

  35. Jangan karena saya PKS, tuit ‪#pilihan‬ ini didugai macam2 tentang SARA. Kehidupan saya -bisa jadi- lebih moderat dibanding Anda ;)

  36. Ibu saya dan Om2 Sy sekolah di "Van Lith" (bisa dicek di Google, kalo ndak salah satu sekolah dengan Ahok) ‪.

  37. Saya pun dulu pernah turut Bimbel Santa Lusia dan Santo Lukas. Perkawanan sy juga terbuka dgn siapapun.

  38. Namun, politik adalah dunia "aktor dibalik aktor". cek ke-4 figur & aktor/kelompok dibaliknya. ‪#pilihan‬ yang bijak.

  39. Justru takut elaborasi objektif cawagub karena takut disebut SARA (Ahok)/ anti-intel (Nara). ‪#pilihan‬ jadi dogmatis.

  40. Elaborasilah dengan bebas. Tanpa tendensi apa-apa di obrolan2 atau.diskusi2 ringan. ‪#pilihan‬ untuk Jakarta.

  41. Perlu dikaji perbandingan antara Nara dan Ahok 'head to head' dan implikasi bagi Jakarta dan Indonesia.

  42. Nara yang mantan Ketua Lembaga Sandi Negara (LSN) dan Ahok Bupati Belitung Timur. Lebih hebat mana?

  43. Dari kapasitas memimpin daerah Ahok layak jadi Gub DKI 2014 jika Jokowi nyawapres Prabowo atau maju 2017.

  44. dari segi usia Ahok masih muda dan potensi menanam pengaruh tuk menjajaki Gubernur DKI 2017.

  45. Sementara Nara, jika jadi cawagub itu akan jadi karir terakhirnya. Jelang pensiun tak potensi lompat lagi.

  46. Potensi Nara jadi GubDKI 2014 pengganti minim, sebab Foke juga tak potensi maju nyapres/nyawapres/menteri.

  47. Ahok, sangat bangga menjadi bupati pertama dari etnik tionghoa. Akan lebih membanggakan jika DKI1 diraih.

  48. JKT sbagai ibukota ASEAN & era Dagang Bebas China-ASEAN; maka profil Ahok sbagai pedagang menguntungkan.

  49. Ahok inklusif/ekslusif? ~> http://m.tribunnews.com/2012/07/14/aho … ‪

  50. Banyak sipil yang takut menilai/ koreksi objektif Nara hanya karena takut dinilai sentimen/ anti-militer.

  51. Banyak muslim yang takut menilai/ koreksi objektif Ahok hanya karena takut dinilai sentimen/ SARA. 

  52. Ketakutan tuduhan intoleran munculkan jargon yang akhirnya kurang substantif "saatnya non-ini/itu mimpin".

  53. Demokrasi harusnya menghilangkan 'culture of silent' ketakutan berpendapat hanya karena khawatir di-label. ‪

  54. Isu adanya mobilisasi aparat/ agama/ etnik akan lebih 'clear' jika dijawab bukan dilarang dibahas.

  55. Kedewasaan demokrasi semacam ini diyakini akan meredam potensi laten konflik masa depan di Jakarta.


Jawaban @AryaSandhiyudha atas tanggapan-tanggapan:

- PKS pernah nyaris tandem dengan Foke maupun Jokowi. Pimpinan partai mereka yang ekslusif dan melarang calonnya.

- Dulu PKS mau tandem dengan Foke karena kita mau ada alih-generasi yang soft di birokrasi. Tapi pimpinan PD tak mau dengan PKS.

- (dulu di Putaran 1) Kita juga mau tandem dengan Jokowi, tapi pimpinan PDIP yang melarang.

- Sangat tidak elegan menggunakan primordialisme mewajibkan etnik/ pemeluk agama tertentu memilih calon tertentu.

- tak perlu bincang isu SARA. Nilai objektif saja personalnya. Dukung bukan sebab "agama formal"-nya, tapi 'behavior'-nya.

- sebenarnya saya sama2 tidak mendalam info ttg Nara yang mantan Ketua Lembaga Sandi Negara dan Ahok Bupati Belitung Timur.

- jelas kiprah Nara tak terdengar, sebab peran Intel memang harus senyap :)

- tapi kalo kapasitas kepemimpinan saya yakin Nara bagus. Rata2 militer Oke kok :)

- Inti pesan saya bangun kesadaran publik kita bukan memilih Foke/Kowi (saja) tp juga Nara/Ahok :)

- (Tanya) Bukannya mencegah mudharat lebih prioritas dr medatangkan manfaat? (Jawab) Betul. Itu lebih prioritas.



___________ posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template | PKS PIYUNGAN | PKS Tegal | PKS Magelang | PKS Jaktim | PKS Pontianak | PKS Sumut | MBO indonesia | Caksub
Copyright © 2013. PKS Kedungkandang - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger