Oleh Fahri Hamzah
@fahrihamzah
- Iseng2 di lombok saya kasi kritik dan catatan ke pada @IrshadManji dan teman2 #Jil. Untuk lengkapi #freedomofspeech kemarin.
- Kalau kita baca buku2 @IrshadManji maka kita temukan ujung2nya menonjolkan "ijtihad". Itu pintu masuk dia.
- Hal ini juga menonjol pada teman2 #Jil yg kedengarannya jadi seperti "yg penting ijtihad". Benar dapat 2, salah dapat 1.
- Pada @IrshadManji ada kelalaian luar biasa pada soal lain yg penting. Ada yg bilang otoritas tapi katakanlah ia cara.
- Bagaimana @IrshadManji mau menjadikan dirinya mujtahidah padahal menjadi muslimah saja tidak jelas?
- Sadarkah @IrshadManji bahwa menyebut diri lesbian itu bukan saja membuat dirinya tidak layak (sebagai muslim dan mujtahid).
- Di sinilah sy melihat @IrshadManji emosionil karena perlawanannya adalah kekecewaannya pada kisah hidupnya.
- Seandainya @IrshadManji serius mau memperbaiki pemikiran Islam, harusnya dia berjilbab, bersuami dan bicara seperti sekarang.
- Kita tidak bisa mencampur2 kemarahan, dengki dan ijtihad. Itu yg tercampur pada @IrshadManji dan sebagian teman2 #Jil.
- Islam adalah Islam, agama besar, yg sebagian ulama tidak percaya reformasi. Kita hanya perlu kembali kepada kebesaran itu.
- Di tengah jalan, di Indonesia ini kita temukan keterbelahan. Dua ekstrem yg tdk menyatu.
- Di seberang sana, ada yg bersongkok, bersorban dan memikul simbol lalu membela Islam menjadi polisi Tuhan.
- Di seberang yg lainnya, ada yg memakai jeans dan kaos oblong bicara substansi dan menyebut diri liberal. Keduanya berkelahi.
- Padahal kita membayangkan yg berjubah fasih membaca filsafat dan yg ber-jeans fasih berzikir sholat.
- Ini PR kita di Indonesia. Entah sampai kapan. Kita perlu mulai segera. Sekian.
___________ posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia
0 comments:
Post a Comment