Home » » Angkringan Budaya PKS Jogja menampilkan “Jaman Gombal Gambul”

Angkringan Budaya PKS Jogja menampilkan “Jaman Gombal Gambul”

Written By Unknown on Friday, September 21, 2012 | 6:32 PM

Ustadz Hilman Rosyad & Pak Cah
Dalam dunia politik, seringkali seni dan budaya hanya dijadikan sebagai asesoris dan alat mobilisasi massa. Dihadirkan pertunjukan seni dan budaya di acara kampanye partai politik, dengan tujuan sekedar untuk menunjukkan kepedulian terhadap dunia seni budaya, serta untuk alat memobilisasi massa. Seni dan budaya akhirnya hanya menjadi hiasan, bukan sesuatu kesadaran yang tumbuh secara alami dari dalam diri para politisi.

Sinyalemen tersebut diungkapkan secara gamblang dalam acara Angkringan Budaya yang digelar oleg Deputi Seni Budaya DPW PKS DIY. Bertempat di Rumah Budaya Tembi, Bantul, Angkringan Budaya tersebut menghadirkan narasumber ustadz Hilman Rosyad Syihab, Lc selaku Ketua Departemen Seni Budaya DPP PKS dan sekaligus pelaku seni budaya dengan keterlibatan beliau dalam grup nasyid Shoutul Harakah (Shohar).

Ustadz Hilman Rosyad mengajak semua kader PKS untuk menjadi apresiator budaya dan pada akhirnya menjadi pelaku budaya. “Segala sesuatu akan menjadi indah dengan sentuhan seni dan budaya. Para politisi akan berbicara dengan menarik jika dilengkapi dengan sentuhan seni. Tampilan kegiatan partai politik akan lebih menawan jika ditata dengan jiwa seni. Bahkan kemesraan antara suami isteri saja memerlukan jiwa seni. Tanpa itu, kita tidak bisa disebut sebagai manusia yang utuh”, ungkap ustadz Hilman.

“Seni dan budaya membuat kita menjadi manusiawi. Dakwah kita adalah untuk manusia, maka harus dikemas secara manusiawi. Dakwah jangan dicerabut dari akar budaya masyarakat, karena justru dakwah harus lahir dan berkembang dalam budaya yang ada di tengah kehidupan masyarakat. Kesukaan kita menghadirkan sesuatu yang baru, jangan sampai membuat kita terjauhkan dari realitas budaya lokal yang telah dimiliki masyarakat sejak zaman dahulu”, lanjut ustadz Hilman.

Beliau mencontohkan, di sebuah acara pernikahan kader dakwah yang tinggal di pelosok kampung, diperdengarkan nasyid Maher Zen yang berbahasa Inggris. Suasana yang terbangun menjadi paradoks, satu sisi pihak pengantin ingin menghadirkan seni “Islami” dalam acara pernikahan tersebut, namun sisi lain itu menjadi terasing di tengah masyarakat kampung yang sama sekali tidak kenal Maher Zen. Justru orang-orang kampung menjadi heran, bagaimana seorang aktivis dakwah justru memutar lagu-lagu “Barat” dalam acara pernikahan?

“Semua kader dakwah harus bisa menjadi apresiator budaya setempat. Jangan sampai kader dakwah menjadi asing dengan seni budaya lokal yang sudah menjadi milik masyarakat. Masih sangat sedikit kader dakwah yang menjadi dalang atau ahli karawitan, padahal itu seni budaya milik masyarakat Jawa yang dibanggakan”, ungkap ustadz Hilman.

Acara yang dihadiri oleh 60 kader dakwah DIY tersebut menjadi sangat berbeda dengan kegiatan PKS pada umumnya, karena mengambil tempat di Rumah Budaya Tembi, Bantul, yang selama ini menjadi salah satu pusat kegiatan kebudayaan di Yogyakarta. Selain itu, Angkringan Budaya tersebut diawali dengan tampilan Mocopatan oleh Anom, seorang kader muda DIY yang memiliki darah seni. Kuncoro Kalepo tampil sebagai pembawa acara, sekaligus menyumbang sebuah lagu yang diiringi oleh gitar.

Bahkan beberapa senior DIY ikut tampil memeriahkan Angkringan Budaya tersebut. Ustadz Arif Rahman Hakim, anggota DPRD Propinsi DIY didaulat MC untuk tampil menyanyi dengan gitar. Beliau berkenan menyanyikan lagu lawas Iwan Fals, berjudul “Hatta” yang beliau bawakan dengan iringan gitar. Ustadz Cahyadi Takariawan membacakan geguritan berjudul “Jaman Gombal Gambul” karya Aryoko, dan ustadz Ilyas Sunnah membawakan tembang Pucung dalam bahasa Indonesia. Eko JV juga didaulat untuk tampil membawakan nasyid, dan secara spontan mengajak seorang peserta untuk menyanyikan lagu Merah Saga karya Shohar.

Para aktivis dakwah yang hadir menyatakan puas dan senang atas terselenggaranya acara tersebut, dan berharap bisa menjadi agenda rutin Deputi Seni Budaya DPW PKS DIY. “Ini acara paling unik yang pernah saya ikuti di PKS. Ternyata kita mampu mengapresiasi budaya dengan baik, dan para kader dakwah memiliki kemampuan seni budaya yang bisa dibanggakan”, ujar seorang peserta.

“Insyaallah acara seperti ini akan kita jadikan sebagai agenda rutin”, ungkap Kuncoro, Ketua Deputi Seni Budaya DPW PKS DIY. [pksbanguntapan.com]



___________ posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template | PKS PIYUNGAN | PKS Tegal | PKS Magelang | PKS Jaktim | PKS Pontianak | PKS Sumut | MBO indonesia | Caksub
Copyright © 2013. PKS Kedungkandang - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger